Tepat pada tanggal 24 Agustus 2012, saya merasa sangat penat berada di ruangan kantor. Sebagian orang di ruangan masih pada cuti. Dan saat itu saya memiliki keinginan untuk "kabur" sejenak dari kantor, pergi ntah kemana angin berkehendak. Saat itu saya mengajak rekan kerja di ruang saya yaitu Pak Dedy untuk menemani saya untuk "kabur". Tibalah waktu, saat itu menggunakan motor Pak Dedy, kami meluncur untuk keliling daerah Ancol. Kami berhasrat untuk masuk Ancol tetapi kami harus membayar 15 ribu hanya untuk biaya masuk motor. Daripada kami membayar 15 ribu lebih baik kami menghabiskan bensin untuk keliling daerah Ancol. Dan setelah berkeliling daerah Ancol, saya berpikir bagaimana kalau kita menghabiskan waktu di kawasan Kota Tua. Dan seketika itu juga Pak Dedy setuju. Oke kita meluncur ke kawasan Kota Tua.
Angin itu pun membawa kita menelusur menuju tempat tujuan. Pak Dedy yang sudah memiliki bayangan jalan ke sana karna masa mudanya ia menghabiskan waktu luang di kawasan ini. Saya sendiri tidak tahu sama sekali jalan ke sana dari arah Ancol. Tempat tujuan pertama kita saat itu adalah Jembatan Gantung Kota Tua. Samapai di tempat tujuan kami sudah disambut oleh beberapa orang yang mengabadikan diri mereka ke dalam kamera dengan topi khas Belanda-nya. Sampai kami tepat di tengah jembatan, Pak Dedy bertanya kepada saya, "Mau foto, Jo?". Langsung saya jawab, "boleh, Pak". Sejak itu lah kami berfoto ria, tak mau kalah dengan muda-mudi sekitar kami yang sudah dari tadi mengabadikan gambar. Banyak pasangan yang mengabadikan diri mereka baik melalui kamera DSLR ataupun kamera handphone. Berikut gambar yang bisa kami ambil dari lokasi.
Saya dan Pak Dedy pun bercerita mengenai kondisi sekitar spot ini. Setahu saya dulu lokasi ini merupakan tempat pembantaian orang-orang selama masa penjajahan kolonial Belanda, dan mayat-mayat itu dibuang ke dalam kali sekitar jembatan. Dan hotel Batavia tepat di depan kali juga memiliki "masanya" zaman dahulu. Dulu hotel itu sering digunakan untuk rapat, Pak Dedy juga bilang bahwa tempat ini merupakan lokasi prostitusi terhadap none-none Belanda. Dan bangunan hotel tersebut sangat terasa corak Belanda-nya.
Setelah bersuka ria, kami akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Fatahillah. Di sana orang-orang sudah banyak berkumpul. Ada yang duduk dengan menggelar tikar, ada yang menonton berbagai pertunjukan seperti manusia batu, topeng monyet, dll. Berikut gambar yang bisa kami ambil dari lokasi kejadian ->>>>>>
Ada begitu banyak yg menyediakan banyak jajanan, sepeda ontel, kaos-kaos, dll. Ooh indahnya suasana ini, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, saatnya untuk kembali ke kantor. Dalam perjalanan pulang sejenak saya berpikir. Tahun ini saya ditempatkan di suatu instansi dimana saya akan meniti karier sampai pensiun di ibukota. Artinya selama hidup ini saya akan melewati daerah ini, Kawasan Kota Tua. Alangkah baiknya kawasan ini tetap dilestarikan mengingat pembangunan di kota Jakarata begitu menggila, sampai sedikit sekali menemukan spot untuk menikmati weekend. Ada baiknya pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, aseeek, lebih memberikan perhatian terhadap kawasan ini mengingat kawasan ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan turis asing. Semoga daerah-daerah wisata Indonesia bisa dikenal oleh khalayak ramai. Eh jadi inget #nomention. hehe. Oke sekian dulu cerita hasil pengaburan pada Jumat 24/08/2012. Ciao a tutti...